Pertunjukan Teater 'Nata Sukma' Karya Tatang R. Macan di Taman Budaya Jambi
BICARA PANGGUNG - Taman Budaya Jambi hadirkan pertunjukan teater 'Nata Sukma' Karya Tatang R. Macan, pada 26 dan 27 April 2025, pukul 20.00 wib.
Dalam makalah Catatan Penciptaan Teater Dari Teks Menuju Panggung Pertunjukan yang ditulis Oleh : Tatang R. Macan, dibeberkan Penciptaan Teater Nata Sukma.
Secara umum pertumbuhan teater tutur di nusantara, tumbuh dan berkembang dalam habitus budaya masyarakat pertanian ladang dan sawah, adat kebiasaan, dan kepercayaan masyarakat dalam bentuk sastra lisan. Demikian halnya dengan budaya seni wawacan, seni ini tumbuh dan berkembang di tanah Sunda pada habitus masyarakat pertanian.
Ketertarikan penulis terhadap “Wawacan Nata Sukma”, berpijak pada kandungan nilai penulisan ceritanya, berupa naskah cerita sastra klasik dengan tema yang masih relevan dengan kondisi hari ini. Penelitian difokuskan untuk mengungkap nilai-nilai dan data penulisan naskah yang ditulis pada tahun 1833 atas nilai semiotik, pesan moral, pesan sosial dan tujuan utama penulisan naskah.
Hal yang menarik, naskah cerita tutur ini ditulis pada masa tanam paksa kopi di tanah Sunda (Preanger Stelsel). Tersirat dari penulisan sumber cerita tutur “Wawacan Nata Sukma”, selain sebagai seni “membaca cerita”, juga teks ceritanya memuat pesan propaganda politik ideologi kebangsaan dari bangsa yang terjajah.
Durasi masa pertunjukan yang berkembang tahun 1930-1960, menunjukan cerita tutur ini sangat popular di masyarakat dan mendapat dukungan publik. Kepentingan penelitian, yakni melakukan kerja transformasi atau ekranisasi teks “Wawacan Nata Sukma”, menjadi teks baru sastra kontemporer dalam bentuk naskah drama modern. Transformasi teks ini, tidak saja sebatas bentuk naskah drama, namun secara massif dilakukan pemindahan perilaku peran-peran yang terkait dalam wawacan tersebut.
Sehingga dengan cara transformasi teks, mampu menghasilkan dua tahapan; pertama wujud sastra kontemporer dalam bentuk kebaruan naskah drama, dan yang kedua berupa bentuk pertunjukan teater yang kompleks dengan daya artistik kontemporer. Kebaruan pertunjukannya dinamakan “Pertunjukan teater Nata Sukma Karya Tatang R. Macan”.
Penciptaan Teater Nata Sukma
1. Persiapan
Tahap ini penulis lakukan dari kerja resepsi, transformasi dan adaptasi teks Wawacan Nata Sukma (naskah sastra tutur dari tradisi lisan masyarakat Sunda Kab. Bandung dengan ornamentasi Beluk), menjadi naskah lakon teater Nata Sukma sebagai pedoman dasar material penciptaan teater.
a. Persiapan Lapis Naskah Lakon Teater;
1. Kerja pemindahan teks, menggunakan pendekatan resepsi, yang dikembangkan oleh Isser. Resepsi yang penulis lakukan menekankan pada efek, kesan, dari teks yang dirasakan penulis secara langsung. Dengan segala kemampuan imajinasi penulis langsung melakukan resepsi tehadap teks Wawacan Nata Sukma dan menghubungkannya dengan realitas ke kinian dalam sosio-kultur masyarakat Bandung dan Indonesia dewasa ini.
2. Kerja resepsi teks, diekplanasi dengan melakukan transformasi naskah sastra tutur Sunda Wawacan Nata Suma, ke arah kreasi baru atau perubahan bentuk yang baru baik secara fungsi maupun strukturnya. Perubahan bentuk itu berupa naskah lakon teater Nata Sukma, yang secara fungsi penulis ciptakan sebagai naskah lakon teater untuk dipentaskan. Perubahan bentuk ini secara otomatis mengakibatkan perubahan struktur naskah, yang meliputi perubahan latar dan suasana kejadian, plot dan jalinan unsur-unsur plot, perubahan sebagian besar penokohan (kecuali tokoh utama “protagonis” tetap dipertahankan), tema tetap dipertahankan, penggunaan diksi terjadi perubahan yang radikal (terutama dalam peralihan dialog dengan bahasa Indonesia, serta dimasukkannya lapis-lapis diksi visual yang tidak terjadi sebelumnya). Kerja ini seperti apa yang disampaikan George Land, “To transform” atau mengubah, berarti mengkreasikan yang baru yang belum pernah ada sebelumnya dan tidak diperkirakan sebelumnya, namun transformasi juga bisa berarti perubahan “pola pikir”. Lakon teater Nata Sukma merupakan kreasi baru penulisan lakon teater, sekaligus penggunaan pola pikir nya yang berbeda dengan naskah tutur sebelumnya.
3. Proses transformasi Wawacan Nata Sukma menjadi naskah lakon teater Nata Sukma, dipadatkan dengan adaptasi yang diuraikan Hutcheon untuk upaya menyesuaikan, mengubah, dan mencocokkan sebuah karya sastra tutur dari tradisi lisan ke bentuk karya sastra drama/teater selanjutnya. Upaya ini dilakukan untuk menuliskan cerita yang sama dari sudut pandang yang berbeda. Tindakan adaptasi yang dikerjakan penulis terhadap teks tutur Beluk dan Wawacan Nata Sukma, melibatkan kerja re-interpretasi, sebagai tafsir bebas dari karya sastra tutur yang harus disesuaikan dengan kebutuhan pertunjukan teater. Tindakan ini kemudian dikuti oleh ungkapan baru sebagai re-kreasi, guna terciptanya naskah lakon teater untuk kepentingan pertunjukan yang penulis beri judul Nata Sukma.
b. Persiapan Lapis Pertunjukan;
1. Pelatihan (training), lokakarya (workshop), latihan (rehearsals)
Proses pelatihan dilalui dari pengenalan naskah lakon teater Nata Sukma terhadap para aktor. Pengenalan konsep gagasan pemanggungan, melalui diskusi dan bedah naskah lakon teater Nata Sukma yang penulis tulis. Pengenalan mencakup tinjauan sumber budaya seni pertunjukan masyarakat perladangan dan sawah secra umum di Indonesia. Sumber budaya yang diangkat dari kebiasan petani di masa lalu, serta penyesuaian pendekatan dengan kondisi sekarang pada masyarakatnya yang menjadi target budaya.
Selanjutnya pelatihan memasuki proses baca naskah lakon teater Nata Sukma (reading), proses baca ini berkaitan dengan diksi, baik dari unsur dialog tokoh ataupun menyangkut ornamentasi tembang beluk yang masih diangkat untuk digunakan dan dilakukan oleh para aktor. Pelatihan berkaitan juga dengan langkah-langkah lokakarya (workshop) pemeranan, menyangkut desain laku peranan aktor ketika membawakan peran. Workshop desain-desain artistik yang dikembangkan dalam penataan panggung, mencakup; desain tata pentas, tata cahaya, tata musik, tata busana aktor, mike-up aktor, dan properti. Persiapan pertunjukan terutama, masuk pada tahapan latihan-latihan (rehearsals), dari adegan satu ke adegan lainnya yang dilakukan para aktor, serta terkomposisi dengan desain-desain artistik lainnya. Lakon teater Nata Sukma diarahkan pada pembuktian perwujudan pertunjukan.
2. Persiapan sebelum pentas (preparations before going on)
Kepentingan utama menyiapkan latihan, workshop, dan persiapan pentas lakon teater Nata Sukma adalah persiapan melakukan komunikasi lewat bahasa pertunjukan. Komunikasi pertunjukan ini yang terpenting tentu memerlukan tempat pementasan, yang dapat dilakukan baik dalam teater arena ataupun dalam prosecenium.
Tahap persiapan pertunjukan sebelumnya dilalui oleh proses kerja “narativitas”, proses narativitas berkaitan dengan adanya unsur narasi yang diungkapkan dalam pertunjukan. Narasi dalam penciptaan ini yakni adanya naskah lakon teater Nata Sukma. Lakon teater Nata Sukma yang penulis siapkan dalam narasi ini, adalah hasil kerja resepsi, transformasi dan adaptasi, dari tutur tradisi lisan Beluk dan Wawacan Nata Sukma yang berkembang pada budaya petani gunung Kab. Banudung di masa lalu.
Selanjutnya masuk unsur “teatrikalitas” dalam penciptaan, teatrikalitas berkaitan dengan unsur-unsur pertunjukan dan teknik-teknik yang dilakukan oleh para pemain dalam pertunjukan. Pengembangan dan perwujudan teatrikalitas di atas panggung, tentu tidak bisa lepas dari arahan seorang sutradara sebagai pemilik gagasan penciptaan. Terakhir unsur “performativitas”, kondisi ini hasil komposisi dari unsur narasi yang diolah dengan masuknya teknik-teknik dalam teatrikalitas para pemain. (*/HN)
Facebook @bicarajambidotcom
Twitter/X @bicarajambidotcom
Instagram @bicarajambidotcom
Tiktok @bicarajambicom
Youtube @bicarajambidotcom